Senin, 16 Mei 2016

Petikan Tausiyah Abiy Al Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri

Al Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri sedang memberikan tausiyah

Al Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri



Al Habib Ali Zainal Abidin Al Jufri bersama dua santri al Arsyadi selepas memberikan Tausiyah






Betapa dermawannya Nabi kiita Muhammad SAW.
Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW    pernah diberikan hadiah oleh salah seorang dengan sebuah (عَبَاءَةْ) atau Jubah. Kemudian, Rasulullah SAW menyuruh Sayyidatuna Aisyah untuk menyimpannya. (Jubah itu diberikan kepada Sayyidatuna Aisyah, lalu dilipat dan disimpan ke dalam suatu tempat). 
Tiba-tiba, setelah Rasulullah SAW menyuruh Sayyidatuna Aisyah untuk menyimpan jubah tersebut, maka datanglah seseorang yang mengetuk pintu rumah Rasulullah SAW dan rupanya orang yang mengetuk-ngetuk itu adalah seorang peminta-minta atau pengemis.
Maka, pengemis itu meminta kepada Rasulullah SAW sedekah. Maka ketika itu, Rasulullah SAW bertanya kepada Sayyidatuna Aisyah :
Ya Aisyah adakah yang bisa disedekahkan?
Gandum ada tidak?
Lalu Sayyidatuna Aisyah pun berkata : Ya Rasulullah, walau dzarrah ma wajadda li-dzaalik/ Ya Rasulullah, Meski sebiji pun tak ada gandum dirumahmu ini.” (Inilah keadaan saat itu di rumahnya Rasulullah SAW di mana selama 3 hari tak ada apa pun yang bisa untuk dimakan).
Kemudian, Rasulullah DAW mengatakan lagi kepada Sayyidatuna Aisyah, “Coba Aisyah perlihatkan jubah yang baru dihadiahkan tadi.”
Maka Sayyidatuna Aisyah menghaturkan jubah Rasulullah SAW tersebut. Dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun melipatnya, dimasukkan ke dalam tempatnya yang semula tadi, lalu jubah itu diberikan kepada pengemis tersebut. Masya Allah.
Maka kemudian, pengemis tersebut pun merasa bangga sekali. (Bahagianya bukan main). Dan pengemis itu bersegera menuju ke pasar, lalu ia mengatakan (sambil berteriak-teriak) :
“Man-yasytari ‘abaa‘atan Rasulillah?
(Wahai, penduduk pasar) Siapa yang ingin membeli jubanya Rasulullah?”
Maka seketika itu orang-orang yang ada dipasar berkumpul menemui pengemis tadi dan menanyakan, “Berapa harga ? Ini berapa harganya ? Jubanya Rasulullah ini berapa harganya?” (Masya Allah, pengemis tadi yang tidak punya apa-apa, uang pun tidak ada, lalu ia memberanikan diri untuk menjual jubahnya Nabi Muhammad SAW yang baru saja ia dapati ). Kemudian, jubah itu pun ditawar-tawar oleh penduduk pasar, bahkan para Sahabat Nabi pun berkeinginan untuk memiliki jubah Rasulullah SAW tersebut.
Hingga pada suatu saat, ada seorang yang buta matanya (A‘ma) mendengarkan orang yang menjual jubahnya Rasulullah SAW. Lalu orang yang buta tadi mengatakan kepada pelayannya (Ghulam atau Budak laki-lakinya), “Idzhab wa-hdhur al-‘abaa’ah mahmaa ghalaa tsamanuha ?
Berangkat engkau ke orang itu dan engkau hadirkan jubah itu di hadapanku, dan beli-lah meski hargnya semahal apa pun?”
Masya Allah Tabarakallah. (Kata orang buta tadi, “Engkau harus beli pokoknya, hatta ruhmu yang engkau tebus tetap harus kau beli, sebab ini jubahnya Rasulullah SAW )
Dan orang yang buta tadi mengatakan lagi kepada pelayannya tersebut, “Wahai budakku, kalau engkau mampu membelinya maka engkau pun akan aku merdekakan di jalan Allah.” (Budaknya tentu senang sekali, apabila dapat dimerdekakan lantaran hanya dengan mampu membeli jubahnya Rasulullah SAW).
Singkat cerita, budak orang yang buta tadi pun berangkat menemui penjual jubahnya Rasulullah, lalu budak itu mengatakan kepada si penjual tersebut, “Ini aku punya majikan mau beli jubahya Rasulullah, berapa pun harganya pasti aku akan beli.” Maka ditawar-tawar dan akhirnya jubah tersebut dapat dibeli oleh budaknya orang yang buta tadi. Dan setelah itu, jubah tersebut dihadirkan kepada majikannya yang buta, maka kemudian majikannya yang buta itu memegang jubah Rasulullah shallallâhu SAW yang ada di hadapannya sambil seraya mengatakan :
“Ya Rabb, bi haqqi Rasulillah SAW wa barakati ‘abaa’atihi-thaahirah baina yadayya a‘id ilayya bashari ?
Ya  Allah, kembalikanlah pandanganku ini dengan kemulian jubahnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.”
Kata majikan yang buta tadi, “A‘id ilayya bashari? Kembalikanlah pandanganku ini?” Ia katakan demikian sambil mengusap-usap jubahnya Rasulullah SAW ke matanya yang buta itu.
Maka tidak lama setelah ia mengusapkan jubah itu ke matanya yang buta, lalu (SUBHANALLAH) orang yang buta tadi itu bisa melihat kembali seperti semula, bahkan matanya lebih terang daripada sebelumnya. Kemudian orang yang tadinya buta itu, sambil membawa jubahnya pergi ke rumah Rasulullah SAW dengan penuh rasa bangga, bahagia. (Sebab matanya ini bisa melihat lagi setelah sekian tahun lamanya buta).
Dan ia pun berkata kepada Rasulullah SAW :
“Ya Rasulullah, qad ‘aada bashari wa ilaikal-‘aba’ah hadiyah minni ? Wahai Rasulullah, mataku sudah kembali lagi seperti semula dan engkau aku kasih jubah ini lagi ?”
Jadi, jubahnya Rasulullah SAW dikembalikan lagi. (ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAIH …).
Lalu oleh orang yang tadinya buta itu mengisahkan bagaimana kronologisnya dan kenapa jubah itu pun bisa kembali lagi ke tangannya Rasulullah SAW. Ketika dikisahkan kenapa jubah itu bisa kembali lagi ke tangannya Rasulullah, lalu Rasulullah SAW pun tersenyum sampai gigi gerahamnya terlihat. (Hal ini menandakan betapa bahagianya Rasulullah SAW).
Walhasil, setelah itu Rasulullah SAW mengatakan kepada Sayyidatuna Aisyah, “Perhatikanlah wahai Aisyah jubah yang aku punya ini. Ia bisa mengkayakan orang yang miskin (Faqir), ia bisa menyembuhkan orang yang sakit (buta), ia pun bisa memerdekakan budak dan kemudian kembali lagi kepada kita.” (SUBHANALLAH) Ini semua tidak lain melainkan berkahnya Rasulillah SAW.
Sumber : daruttauhidassalafiyah.blogspot.co.id
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar